POPULASI DAN SAMPEL
Dipresentasikan oleh: M. Doni Sanjaya
NIM. 20112506018
I. PENDAHULUAN
Salah satu bagian dalam desain penelitian adalah
menentukan populasi dan sampel penelitian. Dewasa ini, kegiatan penelitian
banyak dilakukan dengan penarikan sampel, karena metode penarikan sampel lebih
praktis, biayanya lebih hemat, serta memerlukan waktu dan tenaga yang lebih
sedikit dibandingkan dengan metode sensus. Penentuan sampel dari suatu populasi, disebut sebagai penarikan
sampel (Sukmadinata, 2011:251). Penelitian yang memakai sampel untuk meneliti atau menyelidiki
karakteristik objek penelitian, dilakukan dengan beberapa alasan antara lain
objek yang diteliti sifatnya mudah rusak, objek yang diteliti bersifat homogen,
tidak mungkin meneliti secara fisik seluruh objek dalam populasi, untuk
menghemat biaya, untuk menghemat waktu dan tenaga, serta keakuratan hasil sampling.
Dalam penelitian yang menggunakan sampel sebagai unit
analisis, baik pada penelitian dengan pendekatan kuantitatif dan penelitian dengan
pendekatan kualitatif, setidaknya terdapat dua hal yang menjadi masalah atau
persoalan yang dihadapi, yaitu pertama, bahwa persoalan sampling adalah proses
untuk mendapatkan sampel dari suatu populasi. Di sini sampel harus benar-benar
bisa mencerminkan keadaan populasi, artinya kesimpulan hasil penelitian yang
diangkat dari sampel harus merupakan kesimpulan atas populasi. Sehingga masalah
yang dihadapi adalah bagaimana memperoleh sampel yang representatif, yaitu
sampel yang dapat mewakili elemen lain dalam populasi atau mencerminkan keadaan
populasi. Kedua, masalah yang dihadapi dalam penelitian yang menggunakan sampel
sebagai unit analisis adalah tentang bagaimana proses pengambilan sampel dan
berapa banyak unit analisis yang akan diambil. Sehingga masalah yang dihadapi
diantaranya teknik penarikan sampel manakah yang cocok dengan karakteristik
populasi, tujuan dan masalah penelitian yang akan dikaji. Selain itu berapa
banyak unit analisis atau ukuran sampel (sample
size) yang akan dilibatkan dalam kegiatan penelitian.
Berdasarkan kedua masalah sebagaimana dikemukakan di
atas, maka makalah ini bermaksud mengkaji masalah populasi dan teknik penarikan
sampel (sampling).
II.
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Populasi
Kata populasi (population/universe) dalam statistika merujuk pada
sekumpulan individu dengan karakteristik khas yang menjadi perhatian dalam
suatu penelitian (pengamatan). Populasi dalam statistika tidak terbatas pada
sekelompok orang, tetapi juga binatang atau apa saja yang menjadi perhatian kita.
Misalnya populasi bank swasta di Indonesia, tanaman, rumah, alat-alat
perkantoran, dan jenis pekerjaan.
Menurut Margono (2010:118), “Populasi
adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan
waktu yang kita tentukan”. Sedangkan menurut Sukmadinata (2011:250)
mengemukakan bahwa populasi adalah “kelompok besar dan wilayah yang menjadi
lingkup penelitian kita”. Senada dengan itu, Arikunto (2002:108) mengemukakan
bahwa populasi adalah “keseluruhan subjek penelitian”. Kaitannya dengan batasan
tersebut, populasi dapat dibedakan berikut ini.
a. Populasi terbatas atau populasi terhingga, yaitu
populasi yang memiliki batas kuantitatif
secara jelas karena memiliki karakteristik yang terbatas. Misalnya 5.000.000
orang guru SMA pada awal tahun 1985 dengan karakteristik masa kerja 2 tahun,
lulusan program strata 1, dan lain-lain.
b. Populasi tak terbatas atau populasi tak terhingga,
yaitu populasi yang tidak dapat ditemukan
batas-batasnya, sehingga tidak dapat dinyatakan dalam bentuk jumlah secara
kuantitatif. Misalnya guru di Indonesia, yang berarti jumlahnya harus dihitung
sejak guru pertama ada sampai sekarang dan yang akan datang.
Dalam keadaan seperti itu jumlahnya
tidak dapat dihitung, hanya dapat digambarkan suatu jumlah objek secara kualitas
dengan karakteristik yang bersifat umum yaitu orang-orang, dahulu, sekarang,
dan yang akan menjadi guru, populasi seperti ini disebut juga parameter.
Dari beberapa literature atau pendapat para ahli di atas, dapat penulis simpulkan bahwa populasi merupakan keseluruhan elemen, unit elementer, unit penelitian, unit analisis yang memiliki
karakteristik tertentu yang dijadikan sebagai objek penelitian. Pengertian
populasi tidak hanya berkenaan dengan siapa tetapi juga berkenaan dengan apa.
Istilah elemen, unit elementer, unit
penelitian, atau unit analisis
yang terdapat pada batasan populasi di atas merujuk pada siapa yang akan diteliti atau unit di mana
pengukuran dan inferensi akan dilakukan
(individu, kelompok, atau organisasi), sedang penggunaan kata karakteristik merujuk pada apa yang
akan diteliti. Apa yang diteliti tidak hanya merujuk pada isi, yaitu data apa tetapi juga merujuk pada cakupan (scope)
dan juga waktu.
2.2 Sifat Populasi
Margono
(2010:119) mengemukakan bahwa persoalan populasi bagi suatu penelitian harus
dibedakan ke dalam sifat berikut ini.
a. Populasi yang bersifat homogen, yaitu populasi
yang unsur-unsurnya memiliki sifat yang sama. Misalnya, seorang dokter yang
akan melihat golongan darah seseorang, maka ia cukup mengambil setetes darah
saja. Dokter itu tidak perlu satu botol, sebab setetes dan sebotol darah,
hasilnya akan sama saja.
b. Populasi yang bersifat heterogen, yaitu populasi
yang unsur-unsurnya memiliki sifat atau keadaaan yang bervariasi, sehingga
perlu ditetapkan batas-batasnya.
Meskipun banyak populasi yang
anggotanya terbatas jumlahnya seperti jumlah mobil di Jakarta, jumlah mahasiswa
Universitas Indonesia dimana keduanya sebenarnya dapat dihitung namun karena
hal itu sulit dilakukan maka dianggap tidak terbatas. Metode
penarikan/pengambil data dengan jelas mewakili/melibatkan seluruh anggota
populasi disebut sensus.
Seorang peneliti meskipun mengetahui
bahwa metode sensus ini akan banyak memerlukan pemikiran, memakan waktu yang
lama serta relatif mahal, namum tetap melakukan sensus, hal ini disebabkan oleh
karena:
a. Untuk ketelitian
Suatu penelitian sering meminta ketelitian dan kecermatan yang tinggi,
sehingga memerlukan data-data yang besar jumlahnya. Apabila unsur ketelitian
dan kecermatan ini harus diprioritaskan maka harus digunakan metode sensus.
b. Sumber bersifat heterogen
Apabila menghadapi sumber informasi yang bersifat heterogen dimana sifat
dan karakteristik masing-masing sumber sulit untuk dibedakan maka lebih baik
digunakan metode sensus.
2.3 Pengertian
Sampel
Jika kita hanya akan meneliti sebagian dari populasi, maka penelitian
tersebut disebut penelitian sampel. Menurut
Sugiyono (2010:215) sampel adalah “sebagian dari populasi itu”. Populasi itu misalnya penduduk diwilayah
tertentu, jumlah pegawai pada organisasi tertentu, jumlah guru dan murid di
sekolah tertentu dan sebagainya. Sementara itu, Margono (2010:121) mengemukakan
bahwa sampel adalah “sebagai bagian dari populasi, sebagai contoh (monster) yang diambil dengan menggunakan
cara-cara tertentu”. Senada dengan itu, Sudjana (2005:6) mengemukakan bahwa
sampel adalah “sebagian yang diambil dari populasi”. Berdasarkan beberapa
pendapat ahli tersebut dapat penulis simpulkan bahwa sampel adalah sebagian
bagian dari populasi yang diambil.
Kerja statistik melalui sampel dimungkinkan dengan
alasan ukuran populasi, masalah
biaya, masalah waktu, percobaan yang
sifatnya merusak, masalah ketelitian dan masalah ekonomis. Banyaknya anggota suatu sampel disebut ukuran sampel, sedangkan
suatu nilai yang menggambarkan ciri sampel disebut statistik. Sampel diharapkan
bisa mewakili populasi, karena itu sampel dibagi dua, yaitu sampel
representatif dan sampel nonrepresentatif. Sampel representatif adalah sampel
yang bisa mewakili keadaan populasinya, dan sampel nonrepresentatif adalah
sampel yang tidak dapat mewakili populasinya. Dengan demikian sebagai penduga
parameter ada dua kemungkinan nilai statistik yang diperoleh, yaitu persis sama
dengan parameternya atau tidak sama (lebih besar atau lebih kecil).
2.4 Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel merupakan suatu
proses pemilihan dan penentuan jenis sampel serta perhitungan besarnya sampel
yang akan menjadi subjek atau objek penelitian. Untuk menentukan sampel yang
akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang
digunakan. Menurut Sugiyono (2010:217) Teknik sampling pada dasarnya dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu Probability
Sampling dan Nonprobability Sampling.
Probability Sampling meliputi simple random, proportionate stratified
random, disproportionate stratified random, dan area random. Non probability sampling meliputi sampling sistematis, sampling kuota,
sampling aksidental, purposive sampling, sampling jenuh, dan snowball sampling.
Berikut ini keterangan-keterangan
mengenai sampel tersebut di atas.
a. Probability
Sampling
Probability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan
peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi
anggota sampel.
1. Simple random sampling
Simple random sampling adalah
teknik untuk mendapatkan sampel yang langsung dilakukan pada unit sampling. Dengan demikian setiap unit sampling sebagai unsur populasi yang
terpencil memperoleh peluang yang sama untuk menjadi sampel atau untuk mewakili
populasi. Contoh populasi terdiri dari 500 orang mahasiswa program S1 (unit sampling). Untuk memperoleh sampel
sebanyak-sebanyak 150 orang dari populasi tersebut, digunakan teknik ini, baik
dengan cara undian, ordinal, maupun tabel bilangan random.
2. Proportionate stratified random sampling
Teknik ini hampir sama dengan simple random sampling namun penentuan sampelnya memperhatikan
strata (tingkatan) yang ada dalam populasi.
Misalnya, populasi adalah karyawan PT. XYZ berjumlah
125. Dengan tingkat kesalahan 5% diperoleh besar sampel adalah 95. Populasi
sendiri terbagi ke dalam tiga bagian (marketing, produksi dan penjualan) yang
masing-masing berjumlah :
Marketing : 15
Produksi : 75Penjualan : 35
Maka jumlah sample yang diambil berdasarkan masing-masing
bagian tersebut ditentukan kembali dengan rumus n = (populasi kelas / jml
populasi keseluruhan) x jumlah sampel yang ditentukan
Marketing
: 15 / 125 x
95 = 11,4
dibulatkan 11
Produksi : 75 / 125 x
95 = 57Penjualan : 35 / 125 x 95 = 26.6 dibulatkan 27
Sehingga dari keseluruhan sample kelas
tersebut adalah 11 + 57 + 27 = 95 sampel.
3.
Disproportionate Stratified Random
Sampling
Disproporsional
stratified random sampling adalah teknik yang hampir mirip dengan proportionate stratified random sampling
dalam hal heterogenitas populasi. Namun, ketidakproporsionalan penentuan sample
didasarkan pada pertimbangan jika anggota populasi berstrata namun kurang
proporsional pembagiannya.
Misalnya, populasi karyawan PT. XYZ berjumlah 1000 orang yang
berstrata berdasarkan tingkat pendidikan SMP, SMA, DIII, S1 dan S2. Namun
jumlahnya sangat tidak seimbang yaitu :
SMP : 100 orang
SMA : 700 orangDIII : 180 orang
S1 : 10 orang
S2 : 10 orang
Jumlah karyawan yang berpendidikan S1 dan S2 ini sangat tidak
seimbang (terlalu kecil dibandingkan dengan strata yang lain) sehingga dua
kelompok ini seluruhnya ditetapkan sebagai sampel.
4. Cluster Sampling
Cluster sampling
atau sampling area digunakan jika
sumber data atau populasi sangat luas misalnya penduduk suatu provinsi,
kabupaten, atau karyawan perusahaan yang tersebar di seluruh provinsi. Untuk
menentukan mana yang dijadikan sampelnya, maka wilayah populasi terlebih dahulu
ditetapkan secara random, dan menentukan jumlah sample yang digunakan pada masing-masing
daerah tersebut dengan menggunakan teknik proporsional
stratified random sampling mengingat jumlahnya yang bisa saja berbeda.
Contoh:
Peneliti ingin mengetahui tingkat efektivitas proses belajar
mengajar di tingkat SMA. Populasi penelitian adalah siswa SMA seluruh
Indonesia. Karena jumlahnya sangat banyak dan terbagi dalam berbagai provinsi,
maka penentuan sampelnya dilakukan dalam tahapan sebagai berikut :
1. Menentukan
sample daerah. Misalnya ditentukan secara acak 10 Provinsi yang akan dijadikan
daerah sampel.
2. Mengambil
sampel SMA di tingkat Provinsi secara acak yang selanjutnya disebut sampel
provinsi. Karena provinsi terdiri dari Kabupaten/Kota, maka diambil secara acak
SMA tingkat Kabupaten yang akan ditetapkan sebagai sampel (disebut Kabupaten
Sampel), dan seterusnya, sampai tingkat kelurahan / Desa yang akan dijadikan
sampel. Setelah digabungkan, maka keseluruhan SMA yang dijadikan sampel ini
diharapkan akan menggambarkan keseluruhan populasi secara keseluruhan.
b. Nonprobability
Sampling
Nonprobability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak
memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk
dipilih menjadi sampel. Teknik sampel ini meliputi, sampling sistematis, kuota, aksidental, purposive, jenuh, snowball.
1. Sampling Sistematis
Sampling sistematis adalah teknik sampling yang
menggunakan nomor urut dari populasi baik yang berdasarkan nomor yang
ditetapkan sendiri oleh peneliti maupun nomor identitas tertentu, ruang dengan
urutan yang seragam atau pertimbangan sistematis lainnya.
Contoh:
Akan diambil sampel dari populasi karyawan yang berjumlah 125.
Karyawan ini diurutkan dari 1–125 berdasarkan absensi. Peneliti bisa menentukan
sampel yang diambil berdasarkan nomor genap (2, 4, 6, dan seterusnya) atau
nomor ganjil (1, 2, 3, dan seterusnya), atau bisa juga mengambil nomor
kelipatan (2, 4, 8, 16, dan seterusnya).
2. Sampling Kuota
Sampling kuota adalah
teknik sampling yang menentukan jumlah sampel dari populasi yang memiliki ciri
tertentu sampai jumlah kuota (jatah) yang diinginkan.
Misalnya akan dilakukan penelitian tentang persepsi siswa
terhadap kemampuan mengajar guru. Jumlah Sekolah adalah 10, maka sampel kuota
dapat ditetapkan masing-masing 10 siswa per sekolah.
3.
Sampling Incidential
Incidential
merupakan teknik penentuan sampel secara kebetulan atau siapa saja yang
kebetulan (incidential) bertemu dengan peneliti yang dianggap cocok dengan
karakteristik sampel yang ditentukan akan dijadikan sampel.
Misalnya penelitian tentang kepuasan pelanggan pada pelayanan
Mall A. Sampel ditentukan berdasarkan ciri-ciri usia di atas 15 tahun dan baru
pernah ke Mall A tersebut, maka siapa saja yang kebetulan bertemu di depan Mall
A dengan peneliti (yang berusia di atas 15 tahun) akan dijadikan sampel.
4. Purposive Sampling
Purposive sampling
merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan khusus sehingga layak
dijadikan sampel. Misalnya, peneliti ingin meneliti permasalahan seputar daya
tahan mesin tertentu. Maka sampel ditentukan adalah para teknisi atau ahli
mesin yang mengetahui dengan jelas permasalahan ini atau penelitian tentang
pola pembinaan olahraga renang. Maka sampel yang diambil adalah pelatih-pelatih
renang yang dianggap memiliki kompetensi di bidang ini. Teknik ini biasanya
dilakukan pada penelitian kualitatif.
5. Sampling Jenuh
Sampling jenuh
adalah sampel yang mewakili jumlah populasi. Biasanya dilakukan jika populasi
dianggap kecil atau kurang dari 100. Misalnya akan dilakukan penelitian tentang
kinerja guru di SMA XXX Jakarta. Karena jumlah guru hanya 35, maka seluruh guru
dijadikan sampel penelitian
6. Snowball Sampling
Snowball sampling
adalah teknik penentuan jumlah sampel yang semula kecil kemudian terus membesar
ibarat bola salju. Misalnya akan dilakukan penelitian tentang pola peredaran
narkoba di wilayah A. Sampel mula-mula adalah 5 orang narapidana, kemudian
terus berkembang pada pihak-pihak lain sehingga sampel atau responden terus
berkembang sampai ditemukannya informasi yang menyeluruh atas permasalahan yang
diteliti.
2.5 Prosedur
Penarikan Sampel
Untuk memudahkan pemahaman kita
mengenai bagaimana cara penarikan sampel serta cara memperoleh sampel yang
refresentatif maka ada beberapa langkah atau prosedur dalam melakukan
pengambilan sampel. Kuncoro (2003:104) menyebutkan bahwa dalam melakukan pengambilan sampel, dapat dilakukan
langkah-langkah berikut, diantaranya: (1) Menentukan populasi target, (2)
Membuat kerangka sampling, (3) Menentukan ukuran sampel, (4) Menentukan teknik
dan rencana pengambilan sampel, (5) Melakukan pengambilan sampel.
Berdasarkan pendapat di atas,
maka langkah-langkah penarikan sampel dapat kita uraikan sebagai berikut: (1)
Pertama yang harus ditentukan dalam langkah mendesain penarikan sampel adalah
menentukan populasi sasaran dengan tegas, yang dilanjutkan dengan penentuan populasi
studi dari populasi sasaran tadi. (2) Menentukan area populasi, hal ini
berkaitan dengan data penelitian yang akan dijadikan lokasi penelitian. (3)
Menentukan ukuran populasi (size of
population) sebagai dasar untuk menarik sampel. Biasanya populasi diambil
dari data sensus. Carilah data tersebut secara lengkap, dapatkan data yang
akurat dan up to date. (4) Buatlah
kerangka sampling dengan memasukan data dari populasi studi secara lengkap dan
jelas, serta hal yang terpenting adalah satuan-satuan sampling diberi nomor
sesuai dengan jumlah digit populasinya, secara berurutan dari nomor paling
kecil sampai dengan nomor yang paling besar. (5) Tentukan ukuran sampel dengan
menggunakan rumus-rumus yang sesuai. (6) Gunakan tabel angka random ataupun
program komputer sebagai alat seleksi. (7) Satuan sampling terpilih sebagai
anggota sampel, merupakan langkah terakhir dari desain sampling yang pada
hakikatnya merupakan cerminan dari populasi.
III.
KESIMPULAN
Kegiatan penelitian selain dilakukan secara sensus,
dapat dilakukan dengan penarikan sampel. Alasannya adalah karena metode
penarikan sampel lebih praktis, biayanya lebih hemat, serta memerlukan waktu
dan tenaga yang lebih sedikit dibandingkan dengan metode sensus. Pengambilan
sebagian dari keseluruhan objek, dan atas hasil penelitian suatu keputusan atau
kesimpulan mengenai keseluruhan objek populasi dibuat, disebut sebagai metode
penarikan sampel.
Penelitian yang memakai sampel untuk meneliti atau
menyelidiki karakteristik objek penelitian, dilakukan dengan beberapa alasan
antara lain: objek yang diteliti sifatnya mudah rusak, objek yang diteliti
bersifat homogen, tidak mungkin meneliti secara fisik seluruh objek populasi, untuk menghemat biaya, untuk, menghemat waktu dan tenaga, serta keakuratan hasil sampling. Dalam konteks penelitian kualitatif, penentuan
sampel didasarkan pada proses sampling sebagai
parameter populasi yang dinamis. Hal ini dapat dipahami karena kekuatan dari
penelitian kualitatif terletak pada kekayaan informasi yang dimiliki oleh
responden, dari kasus yang diteliti, dan kemampuan analitis peneliti. Sehingga
penentuan sampel dalam penelitian kualitatif disesuaikan dengan tujuan
penelitian, masalah penelitian, teknik pengumpulan data, dan keberadaan kasus
yang kaya akan informasi (atau oleh kecukupan informasi yang diperoleh).
IV. DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi.
2002. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Margono. 2010. Metodologi Penelitian
Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Mudrajat, Kuncoro. 2003. Metode Riset
Untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: Erlangga
Sudjana. 2005. Metoda Statistika.
Bandung: Tarsito.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2011. Metode
Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
like
BalasHapusterima kasih mas Doni
BalasHapusmantap gan infonya,,,,
BalasHapusinformasi yang sangat berguna. bagaimana cara mudah memilih jenis penelitian yang tepat ?
BalasHapustrimakasih mas..
BalasHapusBagaimana cara menentukan jumlah sampel pada metode purposive sampling?
BalasHapusTerimakasih
Thanks for this comlete list. I have check all of these websites, all are in working
BalasHapusand I get many of the backlinks for my website. Thanks...
Click Here For Article
mainkan permainan di pohon4d dan dapatkan cashback setiap harinya
BalasHapus