KAJIAN STRUKTURALISME DAN
PENGAJARANNYA
Dipresentasikan oleh: M. Doni Sanjaya
NIM. 20112506018
I. Pendahuluan
Pengalihan sebuah karya sastra ke bentuk atau media lain telah lama
dilakukan. Terutama yang paling banyak dikenal adalah perubahan bentuk sebuah
puisi menjadi sebuah lagu (musikalisasi puisi). Salah satu kajian yang dapat
dipergunakan untuk menganalisis perbandingan karya sastra yaitu kajian
struktural. Sebuah karya sastra fiksi atau puisi menurut kaum strukturalisme
adalah sebuah totalitas yang dibangun secara koherensif oleh berbagai unsur
pembangunnya. Menurut Hartoko (1986:1) dalam lingkungan akademik seperti
sekolah, pengajaran sastra merupakan salah satu pengajaran penting dan
merupakan suatu bagian dari pelajaran bahasa. Pentingnya pengajaran sastra
untuk diajarkan disekolah-sekolah terbukti di dalam kurikulum yang sampai saat
ini masih tetap dicantumkan. Menurut Rusyana (1982:6) tujuan pengajaran sastra
ialah untuk memperoleh pengalaman dan pengetahuan tentang sastra. Kurikulum di
sekolah mencantumkan pengajaran sastra dengan tujuan agar siswa tidak hanya
mengetahui pelajaran bahasa saja tetapi juga dapat memperoleh pengetahuan
sastra dan pengalaman sastra.
Adanya
pengajaran sastra di dalam kurikulum memperlihatkan betapa pentingnya
nilai-nilai yang terdapat di dalam sastra. Nilai-nilai tersebut tentu akan
memberi manfaat yang besar bagi kehidupan manusia. Disinilah peran pengajar
bahasa Indonesia terasa sangat penting. Melalui usaha seorang guru setidaknya
apa yang direncanakan oleh pemerintah mengenai pengetahuan sastra akan mencapai
sasaran.
Selaras
dengan tujuan pengajaran sastra yang diungkapkan oleh Rusyana, di dalam
kurikulum pun dinyatakan bahwa tujuan pembelajaran sastra itu pada hakikatnya
adalah agar siswa mampu memahami, menghayati karya sastra, mampu menggali
nilai-nilai moral, sosial dan budaya dalam karya sastra Indonesia dan karya
sastra terjemahan yang bermanfaat bagi kehidupan serta mampu menulis prosa,
puisi, dan drama, serta mampu memahami kritik dan esai sastra.
Berdasarkan pendapat-pendapat
di atas kiranya dapat disimpulkan bahwa untuk memahami suatu sastra harus
dimulai dari karya itu sendiri sebagai struktur yang bersifat otonom, sebelum
karya tersebut dihubungkan dengan unsur-unsur di luar dirinya. Sastra dinilai dalam
hubungan sastranya terlebih dulu, dibebaskan dari hubungan dengan sosialnya.
Oleh karenanya kajian strukturalistik dapat digunakan sebagai langkah awal
memahami karya sastra.
Yang menjadi masalah sekarang adalah bagaimana proses pembelajaran
sastra itu berlangsung supaya hasil yang diharapkan dapat mewujud. Proses pembelajaran sastra
melibatkan guru sastra, pihak
yang mengajarkan sastra, dan siswa subjek yang
belajar sastra. Masalah di atas dapat disederhanakan menjadi bagaimana upaya
yang seyogianya ditempuh yang memungkinkan siswa dapat belajar sastra dengan seefektif mungkin.
Tulisan sederhana ini akan
menawarkan suatu pendekatan sebagai suatu alternatif yang tampaknya
cukup efektif digunakan oleh guru dalam pembelajaran sastra. Hanya saja perlu diingat, jika kita berbicara masalah metode kita tidak dapat
lepas dari masalah pendekatan atau rancangan (approach)
yang menurunkan metode (method). Untuk selanjutnya, suatu metode
ternyata akan menyarankan penggunaan teknik-teknik tertentu pula. Dengan
demikian, secara hirarkis akan dikemukakan adanya tiga tataran, yaitu
pendekatan (approach), metode (method), dan teknik (technique).
Pendekatan
terhadap sastra, sekali lagi, berarti mengapresiasi
nilai-nilai yang terkandung dalam sastra. Apresiasi berisikan upaya merasakan
dan menikmati karya sastra. Pendekatan
apresiatif bertolak dari sastra sebagai hasil kegiatan kreatif manusia
dalam mengungkapkan penghayatannya dengan menggunakan bahasa, yang kemudian
didukung titik berat pembelajaran sastra yang diletakkan pada terbinanya
kemampuan siswa mengapresiasi sastra.
Metode merupakan cara yang dalam fungsinya adalah alat untuk mencapai
tujuan (Surakhmad, 1980:75). Makin baik metode akan makin efektif pula
pencapaian tujuannya. Sementara itu suatu teknik harus
konsisten dengan metode dan sesuai pula dengan pendekatannya. Teknik berkaitan dengan
strategi yang benar-benar terjadi di ruang kelas.
2. Pembahasan.
2.1. Strukturalisme Karya
Sastra
Dalam
ilmu sastra pengertian strukturalisme sudah dipergunakan dengan berbagai cara.
Yang dimaksud dengan istilah struktur ialah kaitan-kaitan tetap antara
kelompok-kelompok gejala (Hartoko, 1986:37). Kaitan-kaitan tersebut diadakan
oleh seorang peneliti berdasarkan observasinya. Oleh sebab itu merupakan sesuatu yang
aksiomatis sifatnya. Misalnya
pelaku-pelaku dalam sebuah novel dapat dibagikan menurut kelompok-kelompok
seperti tokoh utama, tokoh antagonis, tokoh pendukung, dan seterusnya.
Pembagian kelompok-kelompok tersebut terdapat hubungan asosiasi dan oposisi.
Sementara
itu, menurut Ratna (2008:91) bahwa strukturalisme berarti paham mengenai
unsur-unsur, yaitu struktur itu sendiri dengan mekanisme antarhubungannya, di satu
pihak antarhubungan unsur yang satu dengan unsur lainnya, di pihak yang lain
hubungan antara unsur dengan totalitasnya.
Berdasarkan
kedua pendapat tersebut dapat penulis simpulkan bahwa definisi strukturalisme adalah cara berpikir tentang dunia yang dikaitkan dengan persepsi
dan deskripsi struktur. Adapun asumsi dasar dari kajian ini adalah bahwa karya
sastra merupakan suatu karya yang otonom dan ia dapat dipahami sebagai suatu
kesatuan yang bulat dengan unsur pembangunnya yang saling berjalinan satu sama
lain.
Berdasarkan penjelasan di
atas maka tujuan kajian strukturalisme itu sendiri adalah mencari
struktur terdalam dari realitas yang tampak kacau dan beraneka ragam di permukaan
secara ilmiah
(obyektif, ketat dan berjarak).
Berikut ini penulis akan menghadirkan dua buah puisi yang berjudul Bukan Beta Bijak Berperi karya
Rustam Effendi dan Sajak karya Sanusi Pane sebagai wujud kajian strukturalisme
dalam puisi.
Puisi1
BUKAN BETA BIJAK BERPERI
Rustam
Effendi
Bukan beta bijak berperi
Pandai mengubah madahan syair
Bukan beta budak Negeri,
Musti menurut undangan mair.
Sarat saraf saya mungkiri,
Untaian rangkaian seloka lama,
Beta buang beta singkiri,
Sebab laguku menurut sukma.
Susah sungguh saya sampaikan,
Degap – degupan di dalam kalbu,
Lemah laun lagu dengungan,
Matnya digamat rasaian waktu.
Sering saya susah sesaat,
Sebab madahan tidak nak datang,
Sering saya sulit mendekat,
Sebab terkurung lukisan mamang.
Bukan beta bijak berlagu
Dapat melemah bingkai pantun,
Bukan beta berbuat baru
Hanya mendengar bisikan alun.
Analisis Pendekatan Strukturalisme Pada Puisi:
1. Tipografi
Pada puisi tersebut pengarang menggunakan
tipografi teratur karena pengarang tetap memperhitungkan jumlah suku kata,
jumlah kata, persamaan bunyi, dan sebagainya.
2. Kata
dan Diksi
a. Kata
Puisi diatas menggunakan bahasa melayu dan
menggunakan kata-kata yang diulang-ulang (perulangan bunyi) seperti pengulangan
kata bukan beta dan sering saya. Kata-kata yang
bersifat konkret juga terdapat dalam puisi ini, seperti Beta, saya, dan susah.
b. Diksi
Diksi yang digunakan pada puisi diatas
menggunakan kata-kata yang bersifat konotatif seperti yang terdapat pada kata
budak negeri, lagu, yang mengandung makna karya sastra yang
dibuat pengarang, dan kata alun. Imajeri yang
muncul adalah auditif yang tampak pada bait ke-lima.
3. Bahasa Kiasan dan
Bahasa Simbolik
-
Hiperbola : pada kalimat bukan
beta budak negeri
-
Repetisi :
misalnya pada kalimat bukan beta
bijak berperi, bukan
beta budak negeri pada bait pertama.
-
Personifikasi : terdapat pada kalimat sebab terkurung lukisan
mamang dan hanya mendengar bisikan alun.
4. Rima,
Aliterasi, Asonansi
a. Rima
Puisi diatas menggunakan
berbagai macam rima yang diantaranya adalah berdasarkan jenisnya:
Rima tak sempurna yaitu persamaan
bunyi yang terdapat pada sebagian suku kata terakhir, contoh:
Bukan beta bijak berperi,
pandai mengubah madahan syair;
Bukan beta budak negri,
musti menurut undangan mair.
Rima tertutup yaitu
persamaan bunyi yang terdapat pada suku kata tertutup (konsonan), contoh:
Sering saya susah
sesa’at,
sebab madahan
tidak ‘nak datang,
Sering saya sulit
menekat,
sebab terkurung
lukisan mamang.
Berdasarkan letaknya :
Rima sejajar yaitu
persamaan bunyi yang berbentuk sebuah kata yang dipakai
berulang-ulang pada larik puisi yang mengandung kesejajaran maksud.
Contoh:
Bukan beta bijak berperi,
Contoh:
Bukan beta bijak berperi,
pandai mengubah
madahan syair,
Bukan beta budak
negri,
musti menurut
undangan mair
b. Aliterasi
Misalnya :
Susah sungguh saya
sampaikan,
degup degupan didalam kalbu,
dan
Sering saya susah
sesaat
Sebab madahan tidak na, datang.
Sering saya sulit
menekat.
c. Asonansi
Bukan beta bijak
berlagu,
dapat melemah
bingkaian pantun
5. Imajinasi
Citra atau bayangan yang
muncul dalam puisi tersebut yaitu imaji pendengaran (auditif) misalnya pada
bait ke-5 :
Bukan beta bijak berlagu
Dapat melemah bingkai pantun,
Bukan beta berbuat baru
Hanya mendengar bisikan alun.,
6. Tema
Puisi diatas bertemakan nasionalisme sedangkan amanat
pada puisi diatas ialah penyair
menghendaki pembaca untuk
mengikuti keinginan hati dan tidak terkekang pada peraturan yang dapat menghambat kemajuan.
7. Makna
Dalam puisi Bukan Beta Bijak Berperi diatas dapat diketahui bahwa penulis merasa bahwa ia
bukanlah orang hebat dan tak ingin seperti budak negeri yang selalu tunduk pada
peraturan orang lain termasuk penjajah. Ia mempunyai rangkaian seloka lama dan
ingin menyusun karya baru sesuai kata hatinya meski kesulitan dan kemudahan tak
kujung datang. Namun, Ia mengakui bahwa dirinya bukanlah orang yang pandai
melagukan pantun, ia hanya ingin mendengarkan bisikan dari dirinya sendiri dan
orang – orang sekitarnya yang ingin membebaskan diri dari keterbelengguan
segala hal.
Puisi 2
SAJAK
Sanusi
Pane
O...Bukanlah dalam kata yang rancak
Kata yang pelik kebagusan sajak
O,,,pujangga buanglah segala kata
Yang kan mempermain mata
Dan hanya dibaca sepintas lalu
Karena tak keluar dari sukma
Seperti matahari mencintai bumi
Memberi sinar selama-lamanya
Tidak meminta sesuatu kembali
Harus cintamu senantiasa
Analisis
Pendekatan Strukturalisme pada puisi :
1.Tipografi
Pada puisi tersebut pengarang
menggunakan tipografi teratur dengan baris dan bait yang tidak sama.
2.Kata
dan Diksi
a. Kata
Pada puisi tersebut
kata-kata yang digunakan cukup familier dan lebih mudah dipahami meskipun ada
istilah yang belum diketahui maknanya secara pasti oleh pembaca. Misalnya pada
kata rancak.
b. Diksi
Diksi yang digunakan
pada puisi diatas menggunakan kata-kata yang bersifat konotatif seperti yang
terdapat pada kata mempermain mata dan kata-kata perumpamaan seperti matahari mencintai bumi
3. Bahasa Kiasan dan
Bahasa Simbolik
-
Personifikasi: O..pujangga
buanglah segala kata
yang kan mempermain mata
-
Perumpamaan (simile):seperti matahari menyinari bumi
-
Hiperbola: harus cintamu senantiasa
4. Rima, Aliterasi, Asonansi
a. Rima
Rima pada puisi diatas cenderung
termasuk dalam rima akhir karena adanya persamaan bunyi yang terdapat di
akhir baris pada tiap bait puisi, seperti :
O...Bukanlah dalam kata yang rancak
Kata yang pelik kebagusan sajak
O,,,pujangga buanglah segala kata
Yang kan mempermain mata
b. Aliterasi
Misalnya :
Kata yang pelik
kebagusan sajak
c. Asonansi
Misalnya:
seperti matahari
mencintai bumi
memberi sinar
selama-lamanya
5. Imajinasi
Imaji
dalam puisi “sajak” termasuk dalam jenis imaji pengelihatan. Hal ini bisa dibuktikan
pada bait kedua :
Seperti matahari mencintai bumi
Memberi sinar selama-lamanya
Tidak meminta sesuatu kembali
Harus cintamu senantiasa
6. Tema
Puisi diatas
bertemakan ketulusan
dan keikhlasan. Sementara itu Amanat
pada puisi itu ialah sebagai
manusia hendaknya kita bisa ikhlas dan tulus dalam memberikan sesuatu kepada orang lain seperti halnya sajak yang dianalogikan dengan matahari yang
menyinari bumi tanpa mengharapkan imbalan apapun.
7. Makna
Dalam puisi tersebut
bisa diketahui bahwa sajak bukanlah kata-kata yang amat bagus namun kata yang
pelik atau rumit dengan segala ungkapan hati yang bisa dibaca sepintas lalu.
Hal itu seperti matahari yang menyinari bumi, walaupun telah memberikan
sinarnya, namun ia tak menuntut balasan apapun.
PEMBAHASAN
Dari hasil analisis kedua puisi diatas dapat diketahui bahwa :
1) Tipografi untuk puisi pertama bersifat teratur,
sedangkan puisi kedua bersifat teratur dengan baris dan bait yang tidak sama.
2) Kata
dan diksi yang digunakan dalam puisi Bukan Beta Bijak Berperi menggunakan
bahasa melayu dengan beberapa perulangan kata serta diksi yang konotatif, pada
puisi Sajak pengarang menggunakan kata-kata yang cukup familier dan lebih mudah
dipahami. Diksi yang digunakan sebagian bersifat konotatif dan perumpamaan.
3) Bahasa
kiasan dalam puisi Bukan Beta Bijak Berperi kebanyakan berupa repetisi
dan personifikasi. Sementara pada puisi sajak lebih bersifat perumpamaan.
4) Rima,
aliterasi, dan asonansi pada kedua puisi diatas ada, namun karena puisi kedua
lebih pendek maka rima, aliterasi, dan asonansinya pun hanya sedikit.
5) Imajinasi
pada puisi Bukan Beta Bijak Berperi cenderung kepada imajinasi yang bersifat
auditif, sedangkan pada puisi sajak bersifat penglihatan.
6) Tema
dan amanat pada puisi Bukan Beta Bijak Berperi bersifat nasionalisme dan keinginan untuk hidup bebas dari keadaan yang
serba terkekang, sementara itu pada puisi sajak bertemakan ketulusan dan
keikhlasan.
7) Makna
yang terkandung dalam puisi Bukan Beta Bijak Berperi adalah meskipun kita bukan
orang yang hebat, namun jangan mau jika hanya tunduk pada penjajah yang
memperbudak kita. Kita harus bisa hidup bebas. Sementara itu pada puisi sajak
kita sebaiknya memiliki sifat tulus dan ikhlas seperti matahari menyinari bumi
yang tanpa mengharapkan balasan kembali
2.2. Pengajaran
Strukturalisme
Pada
bagian selanjutnya penulis akan membahas tentang pengajaran strukturalisme. Pengajaran strukturalisme sangat
bermanfaat untuk diterapkan pada materi sastra baik di sekolah-sekolah maupun perguruan tinggi. Pada taraf SD, SMP, dan SMA materi strukturalisme hanya mengkaji tipografi, kata, diksi, bahasa
kiasan, bahasa simbolik, rima, aliterasi, asonansi, imajinasi, tema dan makna tanpa menjelaskan dahulu hakikat dan pengertian
strukturalisme, sedangkan untuk tingkat perguruan tinggi
khususnya pada mata kuliah Teori Sastra selain harus menjelaskan tentang
hakikat dan pengertian dari kajian strukturalisme mahasiswa harus sudah melakukan kajian
penelitian dengan pendekatan strukturalisme dalam karya sastra.
Beberapa
SK dan KD di kelas X Sekolah Menengah Atas berikut ini
penulis pandang sebagai awal pengenalan terhadap kajian strukturalisme di sekolah menengah atas. Coba perhatikan berikut ini.
Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
No.
8
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Program : X / Umum
Semester : 1 (satu)
Pertemuan Ke- :
14 -15
Alokasi Waktu : 4
x 45 menit
Standar Kompetensi : Memahami puisi yang disampaikan secara
langsung/ tidak langsung
Kompetensi Dasar : Mengungkapkan isi suatu
puisi yang disampaikan
secara langsung
ataupun tidak langsung.
Indikator:
1. Menyebutkan tema puisi yang didengar
2.
Menjelaskan maksud puisi
3. Mengungkapkan isi puisi dengan kata-kata
sendiri
1. Tujuan Pembelajaran
Pertemuan 14-15 (4 x45
menit)
Melalui kegiatan diskusi, siswa dapat :
Menyebutkan tema,
maksud dan dapat mengungkapkan kembali isi puisi dengan kata-kata sendiri.
2. Materi Ajar
2.1 Puisi yang berjenis tertentu atau yang
dibacakan
2.2 Tema puisi
2.3 Maksud puisi
3 Metode Pembelajaran
Ø Ceramah
Ø Diskusi kelompok
Ø Pemberian Tugas
Ø Tanya jawab
Ø Presentasi
4.
1.
Langkah-langkah Pembelajaran
No.
|
Kegiatan Tatap Muka
|
Kegiatan
Tugas Terstruktur
|
Kegiatan
Mandiri Tidak Terstruktur
|
1
|
A. Pendahuluan
.
Menginformasikan Tujuan
Pembelajaran
Apersepsi materi/Relevansi :
Guru membacakan penggalan/bait puisi yang menarik dan maknanya mengundang rasa ingin tahu, misalnya:
Karena
tak keluar dari sukma
Seperti
matahari mencintai bumi
Memberi
sinar selama-lamanya
Tidak
meminta sesuatu kembali
Harus
cintamu senantiasa
Guru mempersilakan siswa untuk menjelaskan maksud kata-kata dalam
penggalan puisi tersebut.
Guru mengajak siswa untuk menyadari ada hal yang tidak biasa dalam bahasa
puisi dan memahami makna puisi
dibutuhkan perspektif yang luas dari pembaca
Kegiatan Inti
Deskripsi singkat materi
pembelajaran :
Pertemuan ke – 14 (2x45’)
Guru mengajak siswa untuk
mengingat kembali unsur-unsur yang membangun puisi.
Siswa berdiskusi untuk mengidentifikasi sifat-sifat khas bahasa puisi dan
jenis-jenis puisi berdasarkan kejelasan maknanya.
Guru menjelaskan pendekatan parafrase sebagai cara menginterpretasikan
makna / isi puisi
Siswa menyimak puisi yang dibacakan guru/siswa.
Siswa memparafrasekan puisi yang telah didengarkannya.
Siswa menjawab sejumlah pertanyaan lisan
seputar isi puisi
Pertemuan ke – 15 (2x45’)
Siswa mengerjakan Uji Kompetensi Kelompok.
Siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas dan ditanggapi
bersama
Kegiatan Akhir
Siswa menjawab soal-soal kuis uji teori untuk mereview konsep-konsep penting tentang
cara memahami isi puisi yang
telah dipelajari
Guru memotivasi siswa untuk semakin gemar membaca puisi sehingga
kemampuannya memahami isi puisi semakin baik.
Siswa merefleksikan
nilai-nilai serta kecakapan
|
Jawablah pertanyaan berikut ini!
1.
Apa yang dimaksud dengan
puisi?
2.
Sebutkan unsur-unsur
pembangun puisi!
3.
Apa yang dimaksud dengan
tema dan maksud puisi?
|
Buatlah kelompok kecil antara 2-3 orang!
Analisis tema, maksud dari puisi “Aku” karya Chairil Anwar,
kemudian presentasikan di depan kelas hasil diskusi kalian
|
5. Alat/Bahan/Sumber Belajar
Alat Pembelajaran : Cerdas Berpikir Bahasa dan Sastra
Indonesia untuk SMA Kelas X,Suyono, Ganeca
Teks-teks puisi di koran/majalah
6. Penilaian
a Penilaian hasil : Tes tertulis
b. Penilaian proses : Pengamatan proses belajar dan waktu
pengumpulan tugas
(Lembar Pengamatan sikap terlampir)
c. Soal : (Terlampir)
Mengetahui Baturaja,
Juli
2010
Kepala SMAN 10 OKU Guru Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia
Hafazudin, S.Pd. M. Doni
Sanjaya NIP.195804011984031010
TES FORMATIF
1.
Apa
yang dimaksud dengan puisi?
2.
Sebutkan
unsur-unsur pembangun puisi!
KUNCI JAWABAN
1. Puisi adalah bentuk kesusastraan yang
menggunakan pengulangan suara sebagai ciri khasnya (Slamet Mulyadi)
2. Unsur puisi:
a.
Struktur
fisik, meliputi : diksi, majas, rima, irama,tipografi
b.
Struktur
batin, meliputi: makna dan tema, perasaan(feeling), nada dan suasana, amanat
7.Lembar Kerja Siswa : Nama Siswa:
_______________
Kelas : _______________
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Program : X / Umum
Semester : 1
Alokasi Waktu : 4 x
45 menit
Indikator :
1. Menyebutkan tema puisi yang didengar
2. Menjelaskan maksud puisi
3.
Mengungkapkan isi puisi dengan kata-
Kata sendiri
Sumber : Cerdas Berpikir Bahasa dan Sastra
Indonesia untuk
Kelas X, Suyono,
Ganeca,
LATIHAN INDIVIDUAL
1. Bacalah puisi berikut!
SAJAK SIKAT GIGI
Seorang lupa menggosok giginya
sebelum tidur
Di dalam tidurnya ia bermimpi
Ada sikat gigi mengosok-gosok
mulutnya supaya terbuka
Ketika ia bangun pagi hari
Sikat giginya
tinggal sepotong
Sepotong yang
hilang itu agaknya
Tersest dalam
mimpinya dan tak bisa kembali
Dan ia
berpendapat bahwa kejadian itu
Terlalu
berlebih-lebihan
Yudhistira
Ardi N
2. Analisislah tema yang terdapat dalam
puisi tersebut!
....................................................................................................................................3.
Tafsrkan makna puisi tersebut!
...............................................................................................................................
III. Kesimpulan
Adanya pengajaran sastra di dalam
kurikulum memperlihatkan betapa pentingnya nilai-nilai yang terdapat di dalam sastra.
Nilai-nilai tersebut tentu akan memberi manfaat yang besar bagi kehidupan
manusia. Disinilah peran pengajar bahasa Indonesia terasa sangat penting.
Melalui usaha seorang guru setidaknya apa yang direncanakan oleh pemerintah
mengenai pengetahuan sastra akan mencapai sasaran.
Hartoko, Dick. 1986. Pengantar
Ilmu Sastra. Jakarta: PT. Gramedia.
Ratna, Nyoman Kutha. 2008. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rusyana, Yus. 1982. Metode Pengajaran Sastra. Bandung: Gunung
Larang.
Rusyana, Yus. 1984. Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan. Bandung: Diponegoro.
Rusyana, Yus. 1984. Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan. Bandung: Diponegoro.
Surakhmad, Winarno. 1980. Metodologi Pengajaran Nasional.
Bandung: Jemmars.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar