FILSAFAT BAHASA
Dipresentasikan
oleh: M. Doni Sanjaya
NIM.
20112506018
I. PENDAHULUAN
Filsafat bahasa adalah penyelidikan beralasan ke
alam, asal-usul, dan penggunaan bahasa. Sebagai topik, filsafat bahasa bagi
para filsuf analitik berkaitan dengan empat masalah utama sifat makna,
penggunaan bahasa, kognisi bahasa, dan hubungan antara bahasa dan realitas.
Untuk filsuf kontinental. Namun, filsafat bahasa cenderung ditangani, bukan
sebagai topik yang terpisah, tetapi sebagai bagian dari logika, sejarah atau
politik.
Pertama, filsuf bahasa menanyakan sifat makna, dan berusaha untuk
menjelaskan apa artinya "berarti" sesuatu. Topik dalam pembuluh darah
yang meliputi sifat sinonim, asal-usul makna itu sendiri, dan bagaimana makna
yang bisa benar-benar diketahui. Proyek lain di bawah judul ini kepentingan
khusus filsuf analitik bahasa adalah penyelidikan cara yang tersusun menjadi
kalimat keluar keseluruhan bermakna arti bagian-bagiannya.
Kedua, mereka ingin memahami apa yang pembicara
dan pendengar lakukan dengan bahasa dalam komunikasi, dan bagaimana digunakan
sosial. Kepentingan khusus dapat meliputi topik pembelajaran bahasa, penciptaan
bahasa, dan tindak tutur.
Ketiga, mereka ingin tahu bagaimana bahasa
berkaitan dengan pikiran baik dari pembicara dan penerjemah. Dari minat
tertentu adalah dasar untuk terjemahan keberhasilan kata menjadi kata lain.
Akhirnya, mereka menyelidiki bagaimana bahasa dan
makna berhubungan dengan kebenaran dan dunia. Filsuf cenderung kurang peduli
dengan kalimat yang sebenarnya benar, dan banyak lagi dengan jenis apa makna
bisa benar atau salah. Seorang filsuf berorientasi kebenaran bahasa mungkin
bertanya-tanya apakah suatu kalimat bermakna bisa benar atau salah, atau apakah
kalimat dapat mengekspresikan proposisi tentang hal-hal yang tidak ada, bukan
seperti kalimat yang digunakan.
Bahasa
dan filsafat berjalan berpapasan mengikuti arus sesuai dengan peralihan dari
siang ke petang, dari hari kemarin ke hari esok. Seseorang akan mampu berfilsafat
jika bahasa itu ada, begitu juga dengan adanya bahasa, seseorang itu akan
berbahasa sesuai dengan hasil penalaran, proses kerja otak dan menghasilkan
pengetahuan yang diolah melalui filsafat. Jadi, bahasa dan filsafat merupakan
dua sejoli yang tidak terpisahkan. Mereka bagaikan dua sisi mata uang yang
senantiasa bersatu.
Minat
seseorang terhadap kajian bahasa bukanlah hal yang baru sepanjang sejarah
filsafat. Semenjak munculnya Retorika Corax dan Cicero pada zaman Yunani dan
Romawi abad 4 – 2 SM hingga saat ini (Post Modern), bahasa merupakan salah satu
tema kajian filsafat yang sangat menarik.
Hadirnya
istilah filsafat bahasa dalam ruang dunia filsafat dapat dikatakan sebagai
suatu hal yang baru. Istilah muncul bersamaan dengan kecendrungan filsafat abad
ke-20 yang bersifat logosentris. Oleh karena itu, sangat wajar apabila ditemukan
kesulitan untuk mendapatkan pengertian yang pasati mengenai apa sebetulnya yang
dimaksud dengan filsafat bahasa.
Verhaar
telah menunjukkan dua jalan yang terkandung dalam istilah filsafat bahasa,
yaitu : 1) filsafat mengenai bahasa; dan 2) filsafat berdasarkan bahasa. Di
dalam pembahasan makalah ini, akan dibahas lebih detail tentang hakikat
filsafat bahasa. Dan adapun garis-garis besar yang dibahas yaitu : spekulasi
asal-usul bahasa, defenisi bahasa dan filsafat itu sendiri, esensi bahasa
ditinjau dari segi filsafat, hubungan bahasa dengan filsafat,
kelemahan-kelamahan bahasa, fungsi filsafat terhadap bahasa, dan peranan
filsafat bahasa dalam pengembangan bahasa.
II. PEMBAHASAN
2.1.
Spekulasi Asal-usul Bahasa
Kendati
setiap manusia berbahasa dan melalui bahasa mereka dapat berinteraksi dengan
yang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya serta bahasalah yang membedakan
manusia dengan makhluk ciptaan Tuhan yang lain, tidak banyak orang memberikan
perhatian pada asal usul bahasa. Orang hanya take for granted bahwa bahasa
hadir bersamaan dengan kehadiran manusia, sehingga di mana ada manusia, di situ
pula ada bahasa. Jadi bahasa adalah given. Orang mulai menanyakan asal mula
bahasa ketika ada persoalan mengenai hubungan antara kata dan makna, tanda dan yang
ditandai, hakikat makna, dan perbedaan makna kata yang mengakibatkan
kesalahpahaman. Para ahli lebih memberikan perhatian pada bentuk bahasa, ragam
bahasa, perubahan bahasa, wujud bahasa, struktur bahasa, fungsi bahasa,
pengaruh bahasa, perencanaan bahasa, pengajaran bahasa, perolehan bahasa,
evaluasi dan sebagainya daripada melacak sejarah kelahirannya. Padahal dengan
mengetahui sejarah kelahirannya akan dapat diperoleh pemahaman yang utuh
tentang bahasa.
Namun
demikian asal usul bahasa atau sejarah bahasa tetap obscure dan studi tentang
asal usul bahasa tidak sesemarak bidang-bidang kebahasaan yang lain. Mengapa?
Jawabannya sederhana dan spekulatif. Sebab, karena tidak terdapat bukti yang
cukup untuk menyimpulkan kapan sejatinya pertama kali bahasa digunakan oleh
manusia, siapa yang memulai dan bagaimana pula memulainya.
Ahli-ahli
menyimpulkan kapan bahasa pertama kali digunakan manusia, para ahli bahasa
justru sepakat bahwa tidak seorang pun mengetahui secara persis kapan bahasa
awal mula ada, di mana, bagaimana membuatnya dan siapa yang mengawalinya.
Ungkapan yang lazim mengatakan bahwa sejarah bahasa dimulai sejak awal
keberadaan manusia. Dengan demikian, sejarah bahasa berlangsung sepanjang
sejarah manusia.
Namun
demikian, terdapat beberapa teori tentang asal usul bahasa, di antaranya
bersifat tradisional dan mistis. Misalnya, ada yang beranggapan bahwa bahasa
adalah hadiah para dewa yang diwariskan secara turun temurun kepada manusia,
sebuah ungkapan yang sulit diterima kebenarannya secara ilmiah dan nalar logis.
Namun menurut Pei (1971: 12) pada kongres linguistik di Turki tahun 1934 muncul
pendapat yang menyatakan bahwa bahasa Turki adalah akar dari semua bahasa dunia
karena semua kata dalam semua bahasa berasal dari giines, kata Turki yang berarti
“matahari”, sebuah planet yang pertama kali menarik perhatian manusia dan
menuntut nama. Kendati kebenarannya masih dipertanyakan banyak kalangan,
pendapat tersebut tidak berlebihan. Sebab, dari sisi penggunanya bahasa Turki
dipakai tidak saja oleh orang Turki, tetapi juga oleh masyarakat di
negara-negara bekas Uni Soviet, seperti Tajikistan, Ubekistan, Armenia,
Ukraina, dan sebagainya. Sebuah hipotesis tentang teori bahasa yang didukung
oleh Darwin (1809-1882) menyatakan bahwa bahasa hakikatnya lisan dan terjadi
secara evolusi, yakni berawal dari pantomime-mulut di mana alat-alat suara
seperti lidah, pita suara, larynk, hidung, vocal cord dan sebagainya secara
reflek berusaha meniru gerakan-gerakan tangan dan menimbulkan suara.
Suara-suara ini kemudian dirangkai untuk menjadi ujaran (speech) yang punya
makna. Masih menurut Darwin kualitas bahasa manusia dibanding dengan suara
binatang hanya berbeda dalam tingkatannya saja. Artinya, perbedaan antara
bahasa manusia dan suara binantang itu sangat tipis, sampai-sampai ada sebagian
yang berpendapat bahwa binatang juga berbahasa.
Sebagian
yang lain berpendapat bahwa bahasa awalnya merupakan hasil imajinasi orang
dengan melihat cara jenis-jenis hewan atau serangga tertentu berkomunikasi.
Misalnya, kumbang menyampaikan maksud kepada sesamanya dengan mengeluarkan bau
dan menari-nari di dalam sarangnya. Semut berkomunikasi dengan antenenya.
Kendati
teori tentang asal mula bahasa masih kabur dan demikian beragam, dari yang
bersifat mitos, religius, mistis sampai yang agak ilmiah, menurut Hidayat
(1996: 29) secara garis besar terdapat tiga perspektif teoretik mengenai asal
usul bahasa, yakni teologik, naturalis, dan konvensional. Aliran teologik
umumnya menyatakan bahwa kemampuan berbahasa manusia merupakan anugerah Tuhan
untuk membedakannya dengan makhluk ciptaanNya yang lain. Dalam al Qur’an (2:
31) Allah dengan tegas memerintahkan Adam untuk memberi nama benda-benda (tidak
menghitung benda). Para penganut aliran ini berpendapat kemampuan Adam untuk
memberi nama benda disebut tidak saja sebagai peristiwa linguistik pertama kali
dalam sejarah manusia, tetapi juga sebuah peristiwa sosial yang membedakan
manusia dengan semua makhluk ciptaan Tuhan yang lain. Tak bisa dipungkiri
bahasa kemudian menjadi pembeda yang sangat jelas antara manusia (human) dengan
makhluk yang bukan manusia (non-human).
Tentu
saja pendapat ini bersifat dogmatis dan karenanya tidak perlu dilakukan kajian
secara ilmiah dan serius tentang asal usul bahasa. Kehadiran bahasa diterima
begitu saja, sama dengan kehadiran manusia yang tidak perlu dipertentangkan.
Karena bersifat teologik, maka aliran ini terkait dengan keimanan seseorang.
Bagi yang beragama Islam perintah Allah kepada Adam di atas harus diterima
sebagai kebenaran, karena tersurat dengan jelas di dalam kitab suci al Qur’an.
Sisi positif aliran ini adalah kebenarannya bersifat mutlak dan karenanya tidak
perlu diperdebatkan karena berasal dari Allah. Tetapi sisi negatifnya ialah
aliran ini menjadikan ilmu pengetahuan tentang bahasa tidak berkembang. Sebab,
tidak lagi ada kajian atau penelitian tentang asal usul bahasa. Padahal,
penelitian merupakan aktivitas ilmiah yang sangat penting untuk menjelaskan dan
mencari jawaban atas berbagai fenomena alam, sosial, dan kemanusiaan termasuk
fenomena bahasa. Lebih dari itu, penelitian merupakan aktivitas untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan.
Tidak
pernah ada ilmu pengetahuan berkembang tanpa penelitian. Hampir semua ilmu
pengetahuan yang berkembang pesat dibarengi dengan kegiatan penelitian secara
intensif. Misalnya, ilmu kedokteran, biologi, fisika, astronomi dan
sebagainya.Kemajuan pesat pada ilmu-ilmu itu beberapa dasawarsa belakangan ini
karena kegiatan penelitian yang begitu intensif di bidang itu.
2.2 Pengertian Filsafat Bahasa
Perhatian
filsuf terhadap bahasa semakin besar. Mereka sadar bahwa dalam kenyataannya
banyak persoalan-persoalan filsafat, konsep-konsep filosofis akan menjadi jelas
dengan menggunakan analisis bahasa. Tokoh-tokoh filsafat analatika hadir dengan
terapi analitika bahasanya untuk mengatasi kelemahan kekaburan, kekacauan yang
selama ini ada dalam berbagai macam konsep filosofis.
Secara
keseluruhan filsafat bahasa dapat dikelompokkan atas dua pengertian
1. Perhatian
filsuf terhadap bahasa dalam menganalisis, memecahkan, dan menjelaskan problema
dan konsep-konsep filosofis
2. Perhatian
filsuf terhadap bahasa sebagai objek materi yaitu membahas dan mencari hakikat
bahasa yang pada gilirannya menjadi paradigma bagi perkembangan aliran dari
teori-teori linguistik (Kaelan, 1998:5).
Berdasarkan
pengertian di atas bahasa sebagai sarana analisis para filsuf dalam memecahkan,
memahami, dan menjelaskan konsep, problema, filsafat (bahasa sebagai subjek).
Dan yang kedua bahasa sebagai objek material filsafat, sehingga filsafat bahasa
membahas hakikat bahasa itu sendiri.
2.3.
Defenisi Bahasa dan Filsafat
Menurut
Keraf dalam Smarapradhipa (2005:1), memberikan dua pengertian bahasa.
Pengertian pertama menyatakan bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota
masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kedua,
bahasa adalah sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi
ujaran) yang bersifat arbitrer.
Lain
halnya menurut Owen dalam Stiawan (2006:1), menjelaskan definisi bahasa yaitu
language can be defined as a socially shared combinations of those symbols and
rule governed combinations of those symbols (bahasa dapat didefenisikan sebagai
kode yang diterima secara sosial atau sistem konvensional untuk menyampaikan
konsep melalui kegunaan simbol-simbol yang dikehendaki dan kombinasi
simbol-simbol yang diatur oleh ketentuan).
Pendapat
di atas mirip dengan apa yang diungkapkan oleh Tarigan (1989:4), beliau
memberikan dua definisi bahasa. Pertama, bahasa adalah suatu sistem yang
sistematis, barang kali juga untuk sistem generatif. Kedua, bahasa adalah
seperangkat lambang-lambang mana suka atau simbol-simbol arbitrer. Menurut
Santoso (1990:1), bahasa adalah rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap
manusia secara sadar.
Berdasarkan
definisi tersebut dapat penulis simpulkan bahwa bahasa adalah suatu bentuk dan
bukan suatu keadaan atau sesuatu sistem lambang bunyi yang arbitrer, atau juga
suatu sistem dari sekian banyak sistem-sistem, suatu sistem dari suatu tatanan
atau suatu tatanan dalam sistem-sistem.
Sementara
Pengabean (1981:5), berpendapat bahwa bahasa adalah suatu sistem yang
mengutarakan dan melaporkan apa yang terjadi pada sistem saraf. Pendapat
terakhir dari makalah singkat tentang bahasa ini diutarakan oleh Soejono
(1983:01), bahasa adalah suatu sarana perhubungan rohani yang amat penting
dalam hidup bersama.
Sedangkan
Filsafat, jika dilihat dari ilmu asal-usul kata (etimologi), istilah filsafat
diambil dari kata falasafah yang berasal dari bahasa Arab. Istilah ini diadopsi
dari bahasa Yunani, yaitu dari kata “philosophia´ Kata philosophia terdiri dari
kata philein yang berarti cinta (love), dan Sophia yang berarti kebijaksanaan
(wisdom). Dengan demikian, secara etimologis filsafat berarti cinta akan
kebijaksanaan (love of wisdom) secara mendalam. Dari sini terdapat ungkapan
yang menyatakan bahwa filosof (filsuf, failasuf) adalah seorang yang sangat
cinta akan kebijaksanaan secara mendalam.
2.4. Peranan
Filsafat Dalam Pengembangan Ilmu Bahasa
Kegunaan
dan peranan filsafat bahasa itu sangat penting pada pengembangan ilmu bahasa
karena filsafat bahasa itu adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi
mengenai hakikat bahasa, sebab, asal dan hukumnya. Jadi pengetahuan dan
penyelidikan itu terfokus kepada hakekat bahasa juga sudah termasuk
perkembangannya.
Pada
dasarnya perkembangan filsafat analatika bahasa meliputi tiga aliran yang pokok
yaitu atomisme logis, positivisme logis, dan filsafat bahasa biasa. Aliran
filsafat bahasa juga memiliki kelemahan-kelemahan diantaranya adalah kekaburan
makna, bergantung pada konteks, penuh dengan emosi dan menyesatkan.
Jadi
peranan filsafat bahasa jelas sangat penting atau berpengaruh terhadap
perkembangan ilmu bahasa. Namun berbeda dengan ilmu bahasa atau lingkungan yang
membahas ucapan tata bahasa dan kosakata filsafat bahasa lebih berkenaan dengan
arti atau arti bahasa. Masalah pokok yang dibahas dalam bahasa lebih berkenaan
dengan bagaimana suatu ungkapan bahasa itu mempunyai arti sehingga analisa
bahasa tidak lagi dimengerti atau tidak lagi dianggap harus didasarkan pada
logika teknis baik logika formal maupun matematika tetapi berfilsafat
didasarkan pada penggunaan bahasa biasa. Oleh karena itu mempelajari bahasa
biasa menjadi syarat mutlak bila ingin membicarakan masalah-masalah filsafat,
karena bahasa merupakan alat dasar dan utama untuk berfilsafat.
2.5. Esensi Bahasa ditinjau dari segi Filsafat
1. Bidang-bidang khusus yang dikaji dalam filsafat bahasa
a) Filsafat Analitik
Filsafat
analitik atau filsafat linguistik atau filsafat bahasa, penggunaan istilahnya
tergantung pada preferensi filusuf yang bersangkutan. Namun pada umumnya kita
dapat menjelaskan pendekatan ini sebagai suatu yang menganggap analisis bahasa
sebagai tugas mendasar filusuf.
b)
Filsafat Sintetik
Tekanan
yang berlebihan pada logika analitik dalam filsafat, seperti yang telah kita
amati, sering menimbulkan pandangan yang mengabaikan semua mitos dalam
pencarian sistem ilmiah. Sejauh mana filsuf-filsuf membolehkan cara pikir
mitologis untuk memainkan peran dalam berfilsafat barangkali sebanding dengan
sejauh mana mereka mengakui berapa bentuk logika sintetik sebagi komplemen
sebagai analitik yang sah. Contoh: yesus mengalami hubungan antara bapak da
putra, sehingga ia mengajari pengikut-pengikutnya agar berdo’a kepada bapak
mereka yang di surga.
c) Filsafat
Hermeneutik
Aliran
utama filsafat ketiga pada abad kedua puluh meminjam namanya, dengan alasan
yang baik, mengingat sifat mitologis ini. Sebagaimana tugas hermes ialah
mengungkapkan makna tersembunyi dari dewa-dewa ke manusia-manusia, filsafat hermeneutik
pun berusaha memahami persoalan paling dasar dalam kajian ilmu tentang logika
atau filsafat bahasa: bagaimana pemahaman itu sendiri mengambil tempat bilamana
kita menafsirkan pesan-pesan ucapan atau tulisan.
2.
Hubungan bahasa dan pengetahuan bahasa
Relasi
antara hubungan bahasa dan pengetahuan bahasa dapat dikatakan sebagai hubungan
kausalitas. Dan di dalam perkembangannya, bahasa sudah dijadikan obyek menarik
bagi perenungan, pembahasan dan penelitian dunia filsafat. Selain bahasa
mempunyai daya tarik tersendiri, ia juga memiliki kelemahan sehubungan dengan
fungsi dan perannya yang begitu luas dan kompleks, seperti ia tidak bisa
mengetahui dirinya secara tuntas dan sempurna, sehingga filsafatlah yag
memberikan pengetahuan pada dirinya.
3.
Filsafat dapat dikaji melalui tiga aspek yaitu, epistemology, antologi
dan aksiologi.
a)
Epsitemologi (asal mula) adalah pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan. Ia
merupakan cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan, sumber
pengetahuan, asal mula pengetahuan, sarana, metode atau cara memperoleh
pengetahuan, validitas dan kebenaran pengetahuan (ilmiah). Epistemologi juga
membahas bagaimana menilai kelebihan dan kelemahan suatu model epistemologik beserta
tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah), seperti teori koherensi, korespondesi
pragmatis, dan teori intersubjektif.
b)
Ontologikal (Objek atau sasaran) membahas keberadaan sesuatu yang bersifat
kongkrit secara kritis. Pemahaman ontologik meningkatkan pemahaman manusia
tentang sifat dasar berbagai benda yang akhimya akan menentukan pendapat bahkan
ke¬yakinannya mengenai apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi
kebenaran yang dicarinya. Rizal Mustansyir menyebutkan bahwa objek material
filsafat bahasa adalah kefilsafatan atau bahasa yang dipergunakan dalam
filsafat. Sedangkan objek formal filsafat bahasa menurutnya, ialah pandangan
filsafati atau tinjauan secara filsafati.
c) Semantikal / Aksiologi (nilai dan fungsi) meliputi nilai nilai keagunaan
yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau ke¬nyataan
yang dijumpai dalam seluruh aspek kehidupan. Nilai-nilai kegunaan ilmu ini juga
wajib dipatuhi seorang ilmuwan, baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam
menerapkan ilmu.
4.
Ciri-ciri bahasa universal
a)
Bahasa itu mempunyai bunyi bahasa yang terdiri dari vocal dan konsonan.
Misalnya, bahasa Indonesia mempunyai 6 vokal dan 22 konsonan, bahasa arab
mempunyai tiga vocal pendek dan tiga vocal panjang serta 28 konsonan (Al-Khuli
1982;321); bahasa Inggris memiliki 16 buah vocal dan 24 konsonan (Al-Khuli
1982: 320).
b) Bahasa mempunyai satuan-satuan bahasa yang bermakna, entah kata, frase,
kalimat dan wacana.
III. KESIMPULAN
Berdasarkan
pemaparan dari bab pembahasan diatas maka adapun yang dapat ditarik sebagai
kesimpulan pada halaman ini yaitu :
Pengertian
bahasa menurut beberapa ahli :
1. Menurut
Keraf dalam Smarapradhipa (2005:1)
-
Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang
dihasilkan oleh alat ucap
manusia.
- bahasa adalah sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran)
yang bersifat arbitrer.
2.
Owen dalam Stiawan (2006:1)
Bahasa
adalah sebagai kode yang diterima secara sosial atau sistem konvensional untuk
menyampaikan konsep melalui kegunaan simbol-simbol yang dikehendaki dan
kombinasi simbol-simbol yang diatur oleh ketentuan.
IV. DAFTAR PUSTAKA
Kaelan, M.S. 1998. Filsafat
Bahasa. Yogyakarta: Paradigma.
Santoso, Kusno Budi.1990.Problematika Bahasa Indonesia.
Bandung: Angkasa.
Pangabean, Maruli. 1981. Bahasa Pengaruh dan Peranannya.
Jakarta: Gramedia.
Best Casino Sites in India with Review - Lucky Club Live
BalasHapusFind the best luckyclub online casinos with a perfect score in India. We recommend betting on the best online casinos in India. Trust our unbiased rating.